Bacaan : Waktu
kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian,
berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Mark 15: 39).
Ternyata
kabar itu benar. Dia memang Anak Allah. Selama aku mengepalai pasukan ini,
selama aku memimpin jalannya penyaliban, aku belum pernah menemui peristiwa
seperti ini. Sungguh luar biasa! Tidak dapat kubayangkan sebelumnya jika pada
akhirnya akan seperti ini. Gelap gulita yang sulit aku logika, sungguh terjadi
dikematian orang ini. Aku kira orang yang bernama Yesus itu hanyalah guru atau
nabi palsu. Ternyata …
Aku memang tidak tahu banyak
siapa Yesus itu. Tetapi, kalau aku rasa-rasakan, orang yang bernama Yesus itu
cocok dengan “Anak Allah” dalam kebudayaan Yunani-ku. Orang yang punya hubungan
khusus dengan Allah. Orang yang bisa mengadakan mujikzat atau hal-hal yang
hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Pemahamanku akan kebudayaanku
mengarahkan aku pada sosok yang tersalib di depanku. Tetapi, mau bagaimana
lagi? Aku sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa. Walaupun aku seorang kepala
pasukan, namun aku harus tunduk pada perintah atasanku. Aku juga tidak bisa
memerintahkan pasukanku untuk tidak menyalibkan orang itu, karena nanti aku
dikira memberontak.
Aku penasaran, apakah orang-orang
yang menuntut kematian-Nya menyadari hal ini? Kurasa mungkin tidak, karena
mereka mungkin mengeraskan hati akan peristiwa hebat ini. Sungguh, tertegun aku
dibuatnya. Hanya sepenggal kalimat ini yang bisa terlontar dari mulutku,
“Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”.
0 Response to "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah"
Post a Comment