Bacaan : katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (Wahyu 1:11).
Persaudaraan erat biasanya karena memiliki pengalaman hidup bersama. Melalui hidup bersama dapat dipahami hal apa saja yang menjadi beban hidup bersama-sama. Jemaat sesungguhnya mewujudkan model hidup yang demikian, hidup sebagai saudara karena memiliki iman yang sama. Namun sayang pemahaman ini kemudian menjadi terbatas, karena hanya mengakui sebagai saudara pada mereka yang beragama sama. Kalau sama kristen kemudian dianggap menjadi saudara. Cara hidup seperti ini menyebabkan manusia hidupnya terkotakkan oleh golongan agamanya. Kemudian tidak mengutamakan bagaimana hidup bersama, dan yang dipentingkan hanyalah yang sama kristen saja.
Hal ini yang diingatkan oleh Yesus tentang persaudaraan sejati. Hidup yang mau menganggap siapapun sebagai saudara dengan selalu bertindak baik bagi siapapun. Bukan hanya ketika sama agamanya saja, atau karena saudara sedarah saja. Kalau modelnya seperti ini maka tidak ada kebaikan yang bisa dikabarkan oleh kehidupan berjemaat. Para murid diingatkan mengenai hidup dalam persaudaraan di dalam Tuhan. Yang artinya semua milik Tuhan, supaya melakukan tindakan hidup yang mengarah pada kebaikan bersama. Mengupayakan hidup sorgawi dengan bertindak benar dan baik kepada siapapun. Model hidup ini yang harus diupayakan oleh setiap pengikut Kristus.
Lalu siapakah sebenarnya saudara kita, atau kita akan menjadi saudara bagi siapa? Seharusnya kita menjadi saudara bagi siapapun yang selalu mengupayakan kebaikan di dalam Tuhan, bukan hanya melulu bagi kebaikan diri sendiri atau golongannya saja. Ketika bisa berlaku demikian, melakukan kebaikan bukan hanya karena memperhatikan diri sendiri atau golongan, maka akan membuat dunia melahirkan kebahagiaan sorgawi.
0 Response to "Persaudaraan Di Dalam Tuhan"
Post a Comment