"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu."
Ada sebuah keluarga yang bernama keluarga Isak. Keluarga ini mempunyai sebelas anak, dengan seorang ibu yang hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Sementara pak Isak bekerja sebagai seorang penjaja buku rohani (Kolporteer) keliling.
Memang pada jaman itu seorang ibu cukup biasa memilliki anak lebih dari sepuluh. Disamping karena belum mengenal Keluarga Berencana, memiliki banyak anak adalah suatu kebanggaan tersendiri karena berarti memiliki banyak rejeki. Maka tidak ada kata mengeluh, apalagi menyesal untuk merawat dan menghidupi anak-anak sebanyak itu.
Sekalipun hanya sebagai keluarga sederhana, keluarga Pak Isak tidak pernah meninggalkan imannya kepada Tuhan. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, pak Isak selalu memanggil dan mengumpulkan anak-anaknya duduk satu meja untuk doa bersama. Baru setelah itu makan dan berangkat ke sekolah. Sementara Pak Isak bekerja sebagai Kolporter, menjual buku-buku rohani keliling naik sepeda, Bu Isak bekerja di rumah. Sorenya menjelang malam tiba, hal serupapun mereka lakukan. Setelah kembali bekerja, Pak Isak kembali mengumpulkan anak-anak mereka dalam satu meja untuk mengadakan doa bersama. Biasanya diawali dengan memuji nama Tuhan, kemudian doa, baru setelah itu makan. Setelah itu anak-anak belajar, untuk kemudian tidur, menyusun kekuatan untuk esok hari.
Satu hal yang tak pernah terlupa di keluarga ini, baik setiap pagi sebelum berangkat beraktifitas, maupun setelah mereka berkumpul lagi ketika sore. Anak-anak pak Isak juga diajari untuk sungkem ke pangkuan orang tua sebagai bentuk rasa hormat dan meminta kekuatan doa dari orang tua untuk tugas mereka hari itu. Sementara di sore hari dilakukan sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas berkat kasih sayang orangtua seraya tetap mengharapkan restu mereka untuk esok hari. Hal itu mereka lakukan terus menerus. Dan satu hal yang mengherankan, semua dari kesebelas anaknya itu sekarang menjadi anak yang berhasil. Mereka memiliki pekerjaan yang mapan. Dan yang lebih mengherankan lagi, ketika mereka telah dewasa dan masing-masing telah berkeluarga, ketika mereka pulang menjenguk ayah dan ibunya, yang pertama kali dilakukan adalah kebiasaan yang selama ini mereka lakukan, yaitu cium tangan dan sungkem ke pangkuan orangtuanya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Ada sebuah keluarga yang bernama keluarga Isak. Keluarga ini mempunyai sebelas anak, dengan seorang ibu yang hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Sementara pak Isak bekerja sebagai seorang penjaja buku rohani (Kolporteer) keliling.
Memang pada jaman itu seorang ibu cukup biasa memilliki anak lebih dari sepuluh. Disamping karena belum mengenal Keluarga Berencana, memiliki banyak anak adalah suatu kebanggaan tersendiri karena berarti memiliki banyak rejeki. Maka tidak ada kata mengeluh, apalagi menyesal untuk merawat dan menghidupi anak-anak sebanyak itu.
Sekalipun hanya sebagai keluarga sederhana, keluarga Pak Isak tidak pernah meninggalkan imannya kepada Tuhan. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, pak Isak selalu memanggil dan mengumpulkan anak-anaknya duduk satu meja untuk doa bersama. Baru setelah itu makan dan berangkat ke sekolah. Sementara Pak Isak bekerja sebagai Kolporter, menjual buku-buku rohani keliling naik sepeda, Bu Isak bekerja di rumah. Sorenya menjelang malam tiba, hal serupapun mereka lakukan. Setelah kembali bekerja, Pak Isak kembali mengumpulkan anak-anak mereka dalam satu meja untuk mengadakan doa bersama. Biasanya diawali dengan memuji nama Tuhan, kemudian doa, baru setelah itu makan. Setelah itu anak-anak belajar, untuk kemudian tidur, menyusun kekuatan untuk esok hari.
Satu hal yang tak pernah terlupa di keluarga ini, baik setiap pagi sebelum berangkat beraktifitas, maupun setelah mereka berkumpul lagi ketika sore. Anak-anak pak Isak juga diajari untuk sungkem ke pangkuan orang tua sebagai bentuk rasa hormat dan meminta kekuatan doa dari orang tua untuk tugas mereka hari itu. Sementara di sore hari dilakukan sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas berkat kasih sayang orangtua seraya tetap mengharapkan restu mereka untuk esok hari. Hal itu mereka lakukan terus menerus. Dan satu hal yang mengherankan, semua dari kesebelas anaknya itu sekarang menjadi anak yang berhasil. Mereka memiliki pekerjaan yang mapan. Dan yang lebih mengherankan lagi, ketika mereka telah dewasa dan masing-masing telah berkeluarga, ketika mereka pulang menjenguk ayah dan ibunya, yang pertama kali dilakukan adalah kebiasaan yang selama ini mereka lakukan, yaitu cium tangan dan sungkem ke pangkuan orangtuanya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Cerita di atas hanyalah sekelumit kisah dalam keluarga yang selalu menanamkan penghormatan kepada orangtua dalam takut akan Tuhan dan kemudian mengalami keberhasilan dalam hidupnya. Melalui firman Tuhan hari ini kita diingatkan untuk senantiasa menghormati orangtua; seperti kata firman Tuhan: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu”
Kata ‘menghormati’ di sini, dalam bahasa Ibrani di ambil dari kata “kabad”, yang berarti mengakui kewibawaan atau menghargai tinggi-tinggi. Ayah dan ibu adalah orangtua yang membesarkan dan menghidupi anak-anaknya. Oleh karena itu mereka selalu harus dihormati dan dihargai tinggi-tinggi. Perintah ini bagi anak-anak bermakna untuk senantiasa menghargai segala kewibawaan dan kedudukan sebagai orangtua dengan patuh dan hormat. Juga bermakna untuk senantiasa hidup berbakti dan taat kepada mereka. Dalam bahasa Jawa berarti mampu memuliakan nama dan martabat orangtua: “mikul dhuwur, mendhem jero” (memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam), atau “pantes dadi kekudangane wong tua” (patut menjadi kebanggaan orangtua).
Jika kita perhatikan perintah tadi, kata menghormati berkaitan erat dengan berkat Tuhan melalui usia, yaitu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu. Sedang dalam pasal 5:16 ditegaskan dengan kata: supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu. Dengan kata lain penghormatan kepada orangtua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kita menghadapi hidup ini. Sebab dengan ketaatan dan rasa hormat, Tuhan akan mencurahkan berkat kepada seorang anak melalui doa dan restu orangtua senantiasa. Maka jika ada pepatah yang mengatakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu, hal itu sangat berkaitan dengan hal ini. Pepatah itu maknanya adalah untuk mendorong setiap anak agar senantiasa berbakti kepada orangtua dengan tulus dan iklas. Dengan ini kita, baik sebagai anak maupun sebagai orangtua, akan mendapat berkat dari Tuhan berupa keberhasilan hidup. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Kata ‘menghormati’ di sini, dalam bahasa Ibrani di ambil dari kata “kabad”, yang berarti mengakui kewibawaan atau menghargai tinggi-tinggi. Ayah dan ibu adalah orangtua yang membesarkan dan menghidupi anak-anaknya. Oleh karena itu mereka selalu harus dihormati dan dihargai tinggi-tinggi. Perintah ini bagi anak-anak bermakna untuk senantiasa menghargai segala kewibawaan dan kedudukan sebagai orangtua dengan patuh dan hormat. Juga bermakna untuk senantiasa hidup berbakti dan taat kepada mereka. Dalam bahasa Jawa berarti mampu memuliakan nama dan martabat orangtua: “mikul dhuwur, mendhem jero” (memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam), atau “pantes dadi kekudangane wong tua” (patut menjadi kebanggaan orangtua).
Jika kita perhatikan perintah tadi, kata menghormati berkaitan erat dengan berkat Tuhan melalui usia, yaitu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu. Sedang dalam pasal 5:16 ditegaskan dengan kata: supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu. Dengan kata lain penghormatan kepada orangtua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kita menghadapi hidup ini. Sebab dengan ketaatan dan rasa hormat, Tuhan akan mencurahkan berkat kepada seorang anak melalui doa dan restu orangtua senantiasa. Maka jika ada pepatah yang mengatakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu, hal itu sangat berkaitan dengan hal ini. Pepatah itu maknanya adalah untuk mendorong setiap anak agar senantiasa berbakti kepada orangtua dengan tulus dan iklas. Dengan ini kita, baik sebagai anak maupun sebagai orangtua, akan mendapat berkat dari Tuhan berupa keberhasilan hidup. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.
0 Response to "HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU SUPAYA SUKSES HIDUPMU"
Post a Comment