Pengharapan dan Penderitaan

Seorang bernama Juergen Moltmann (dibaca Jurgen Moltman) menulis buku teologi penderitaan dengan judul “ Allah yang tersalib” setelah beberapa tahun sebelumnya menulis buku teologi pengharapan. Beberapa orang bertanya kepadanya, ”Apakah ini bukan kemunduran? Mengapa menulis teologi pengharapan terlebih dulu ketimbang menulis teologi penderitaan?” Juergen Motlmann menjawab, ”Teologi pengharapan tidak lain adalah teologi salib atau penderitaan”. Jawaban Moltman itu menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini, kita tidak akan dapat berbicara tentang pengharapan tanpa membicarakan penderitaan dan sebaliknya, kita tidak akan pernah mau membahas penderitaan tanpa membicarakan pengharapan di balik penderitaan itu.
 
Dalam merefleksikan hidupnya, Paulus berulangkali menghayati penderitaan yang dialaminya. Tulisan-tulisan dalam surat-suratnya berasal dari pengalaman hidupnya yang nyata. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus ia menyampaikan dengan terus terang perjumpaannya dengan penderitaan, juga penderitaannya sebagai pelayan Allah di kota itu (Korintus). Di sana ia mengalami tekanan dari sekumpulan anggota jemaat Korintus. Tekanan dalam pelayanan membuatnya sangat terbeban. Beban penderitaannya ditambah lagi dengan kenyataan bahwa jemaat Korintus mengalami perpecahan, perselisihan pendapat, sehingga terjadi kesalahpahaman antara Paulus dengan jemaat dalam beberapa hal. Dalam bacaan kita hari ini, kita melihat Paulus menyampaikan kepada jemaat Korintus, sesungguhnya dimanapun ia berada, melayani Tuhan, di sana ia berjumpa dengan berbagai persoalan yang membuatnya menderita. Kepada orang-orang Korintus ia mengisahkan saat di Asia Kecil, ia mengalami penderitaan hebat hingga membuatnya merasa seperti dijatuhi hukuman mati.

Apa tujuan Paulus menceritakan pengalaman penderitaannya itu? Apakah ia ingin membandingkan dengan jemaat Korintus bahwa di tempat lain juga mengalami hal yang sama dengan saat ia di Korintus? Atau apakah ia seorang yang senang dengan penderitaan, sehingga mencari-cari penderitaan bagi dirinya? Bukan demikian. Paulus tidak bermaksud membandingkan penderitaan yang dialaminya di Asia Kecil dan di Korintus. Ia juga bukan orang yang senang dengan penderitaan, sehingga mencari-cari penderitaan. Ia seorang pelayan yang tidak menyukai penderitaan, apalagi mencari-cari penderitaan. Ia ingin menunjukkan pada kita bahwa penderitaan adalah sebuah kenyataan di dalam kehidupan kita. Karena itulah maka Paulus menunjukkan bahwa penderitaan yang adalah kenyataan itu harus dihadapi, jangan dihindari. Dengan keberanian menghadapi penderitaan, berarti pula berani menyongsong pengharapan. Bagaimana cara kita menghadapi penderitaan, bila penderitaan itu ada dalam kehidupan kita? Salah satu teladan Paulus dalam menghadapi penderitaan adalah dengan mengucap syukur, memuji Tuhan. Dalam II Korintus 1:3-4, Rasul Paulus menegaskan hal itu. Ia menuliskan:” Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah”. Ucapan syukur Paulus bukan karena ia memiliki segala bentuk jaminan dan fasilitas dalam hidup, tetapi karena ia melihat dan menghayati bahwa dari penderitaan yang dialami, ia dimampukan melalui, bahkan dimampukan memberikan penghiburan bagi orang lain. Paulus menghayati bahwa semua itu berasal dari Allah. Paulus telah menemukan rahasia di balik penderitaannya, yaitu untuk kehidupan yang berpengharapan.

Bila Juergen Moltmann mengatakan bahwa pengharapan tidak lain adalah salib atau penderitaan, sebab Allah yang tersalib adalah Allah sumber pengharapan kita, maka melalui renungan ini kita diajak untuk menghayati bahwa kehidupan kita bukanlah kehidupan yang bebas dari penderitaan. Sakit, kesulitan keuangan, persoalan pasangan hidup, kesulitan karena bencana alam dan sebagainya. Semua itu harus dihadapi, jangan dihindari. Kesediaan menghadapi penderitaan adalah jalan bagi kita semua untuk menemukan pengharapan dan kehidupan yang makin berkembang. Amin.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengharapan dan Penderitaan"

Post a Comment