Pergumulan salah satu warga gereja tersebut, memang secara otomatis bukan mewakili warga gereja umumnya. Tetapi paling tidak mengingatkan kita, bahwa ada dan mungkin banyak orang yang pemikirannya, sikapnya, tindakannya menunjukkan ketidak pastian hidup seperti itu. Itu terlihat dari banyaknya manusia disekitar kita yang mempercayai/ minta pertolongan kepada dukun, peramal dan banyaknya orang yang mengalami kekosongan harapan, krisis cita–cita, putus asa, kehilangan semangat, mengalami stress/ depresi, yang tentunya semua itu menunjuk pada tidak dimilikinya kepastian hidup. Banyak orang yang lebih senang “mengambil jalan pintas“ dengan melakukan manipulasi, korupsi dan berbagai bentuk kejahatan yang lain, hal itu tentunya juga disebabkan oleh tidak dimilikinya kepastian hidup. Melihat kenyataan seperti itu, pertanyaan dan pergumulan yang lebih penting adalah: Benarkah hidup dan kehidupan itu serba tidak pasti?
Judul renungan JADIKAN PENGHARAPANMU MILIK YANG PASTI, mengingatkan dan mendorong kita untuk sadar dan menyadari bahwa dalam menghadapi kenyataan adanya ketidak pastian kehidupan, perlu pemikiran, sikap dan tindakan yang benar, tepat dan berpadanan dengan kehendak Tuhan. Judul renungan tersebut juga mendorong kita bersikap optimis, aktif dan kreatif dalam menghadapi ketidak pastian, sehingga kita tetap percaya akan penyertaan dan pertolongan Tuhan (Yesaya 41: 10).
Supaya kita dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, dalam menghadapi berbagai ketidakpastian kehidupan, mari kita renungkan Firman Tuhan dalam Ibrani 6: 9–20. Khususnya dalam Ibrani 6:11 dinasehatkan: “Tetapi kami ingin, supaya kamu masing–masing menunjukkan kesungguhan yang sama, untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya”.
Untuk menghadapi ketidakpastian, perlu memiliki pengharapan yang pasti. Kesungguhan dan semangat menjadikan pengharapan milik yang pasti, sangat penting, supaya kita tidak menjadi lamban, namun tetap sabar, tetap memiliki keteguhan iman, tetap menjadi penurut–penurut Allah dan mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan oleh Allah (Ibrani 6:12 ). Dalam firman ini kita ditunjukkan contoh, kesungguhan Abraham, yang menjadikan pengharapannya, suatu milik yang pasti, sehingga Abraham diberkati oleh Tuhan, dan memperoleh apa yang telah dijanjikan Tuhan (Ibrani 6: 13–15).
Mengapa menjadikan pengharapan suatu milik yang pasti, begitu penting untuk menghadapi ketidak pastian? Dalam Ibrani 6: 19-20 diungkapkan: “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman, bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai kebelakang tabir, dimana Yesus, telah masuk sebagai perintis bagi kita, ketika Ia menurut peraturan Melkisedek, menjadi imam besar sampai selama-lamanya”. Tuhan Yesus sumber pengharapan kita, lebih tinggi, lebih besar, lebih berkenan dibanding para imam, para nabi, para raja. Pengharapan yang tertuju pada Tuhan Yesus, sungguh merupakan sauh atau jangkar, supaya perjalanan bahtera kehidupan kita, tidak tenggelam oleh ganasnya badai ketidak pastian hidup. Menjadikan pengharapan suatu milik yang pasti, dan tetap berpegang teguh pada pengharapan, kiranya senantiasa mendorong kita untuk tetap percaya pada kepastian janji Tuhan, seperti yang dinasehatkan dalam Ibrani 10:23 “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya setia”. Tuhan setia pada janjinya, itulah kepastian imam dan pengharapan kita, untuk menghadapi berbagai ketidak pastian hidup.
Dale Carnegie (dalam buku 1111 Ungkapan abadi, yang dikumpulkan oleh Juanda, S.Sos, MA) mengungkapkan: “Orang yang pada awalnya memulai tanpa tujuan yang pasti, pada umumnya tidak sampai kemanapun“. Hikmah dari ungkapan ini mengingatkan kita, dalam hidup dan kehidupan, harus memiliki tujuan yang pasti, serta ada upaya yang sungguh–sungguh untuk menggapai tujuan yang diimpikan. Ungkapan tersebut juga mendorong kita betapa pentingnya mengawali segala sesuatu dengan kepastian pengharapan dan iman, karena itu sebagai wujud penyerahan diri secara total pada kuasa Allah yang maha pasti.
Dalam Bulan Keluarga saat ini, bagaimana penghayatan kita masing-masing terhadap hidup dan kehidupan keluarga kita? Keluarga kita di kuasai ketidak pastian atau di dalam kuasa Tuhan? Keluarga kita berpengharapan pada ketidak pastian atau berpengharapan pada Tuhan? Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya setia. Kesetiaan Tuhan menolong kita dalam segala keadaan, adalah pasti, oleh sebab itu JADIKANLAH PENGAHARAPANMU MILIK YANG PASTI. Amin.
0 Response to "JADIKAN PENGHARAPANMU MILIK YANG PASTI"
Post a Comment