Dari cerita tersebut ada hal yang sangat menarik untuk kita cermati bersama bahwa mengenal seseorang tidak hanya berhenti pada pengenalan pada nama saja, akan tetapi lebih jauh lagi kita mengenal orang yang kita kenal dari semua apa yang melekat dalam diri orang tersebut sebagai cerminan pribadinya. Analogi dari cerita tersebut dapat kita tarik dalam konteks pengenalan iman seseorang terhadap apa yang dianggap menjadi sandaran iman percayanya. Orang mengimani sesuatu pastilah melalui proses pengenalan yang mendalam dalam bentuk penghayatan imannya terhadap sesuatu, baik itu benda hidup atau benda mati ataupun sesuatu yang kelihatan atau tidak kelihatan. Begitu juga iman seseorang kepada Tuhan melalui pengenalan yang mendalam dalam sebuah proses di dalamnya ada unsur ruang dan waktu sebagai bagian dari proses pengenalan kepada Tuhan.
Proses pengakuan terhadap Tuhan Yesus pernah diungkapkan oleh Petrus dengan ungkapan yang sangat mendalam berdasarkan penghayatan imannnya selama bergaul dengan Tuhan Yesus sebagai jawab atas imannya yang terungkap (lih. Ayat 29)…….”Engkau adalah Mesias!”. Perikop ini diawali dengan cerita perjalanan Yesus dan para murid untuk menuju ke kampung – kampung sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah – tengah mereka (para murid) dan Yesus sendiri melakukan perjalanan, Yesus melemparkan pertanyaan kepada para murid (…”kata orang siapa Aku ini?”…) (lih. Ayat 27). Yesus hendak mendapatkan jawaban tentang keberadaan dan identitas diri-Nya berdasarkan pengakuan masyarakat (kalayak umum) yang selama ini didengar oleh para murid. Ternyata pengakuan yang berkembang dikalangan masyarakat pada umumnya begitu sangat beragam, seperti yang diungkapkan dalam sebuah jawaban oleh para murid Tuhan Yesus (ayat 28), keragaman pengakuan dari masyarakat (kalayak umum) tersebut ada yang mengatakan bahwa Yeesus adalah Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, bahkan ada pula yang mengatakan kalau Yesus itu seorang dari para nabi. Nampaknya keragaman pengakuan ini bagi Yesus sendiri bukan sesuatu yang aneh, melainkan keragaman pengakuan terhadap diri-Nya merupakan sesuatu yang wajar, terbukti Yesus membiarkan jawaban-jawaban tersebut. Ketika untuk kedua kalinya pertanyaan itu ditanyakan kepada para murid, akan tetapi bobot pertanyaannya lebih kepada pengakuan yang nyata, berdasarkan realitas dan konteks para murid Tuhan Yesus (….”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”….) (ayat 29), jawaban yang dibutuhkan Yesus sebuah jawaban dari sebuah pengakuan komunitas para murid. Jawaban dalam bentuk pengakuan tersebut diungkapkan oleh Petrus, dengan berani tampil beda, dengan menjawab bahwa Yesus adalah Mesias (……….”Engkau adalah Mesias!”) (lih. Ayat 29). Keberanian dari Petrus dalam mengungkapkan pengakuan imannya kepada Yesus berdasarkan atas pengenalan yang sangat mendalam selama proses kebersamaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Dengan demikian pengakuan yang diungkapkan oleh Petrus itu tidak didasarkan pada pengakuan orang lain (pihak lain) atau kalayak umum. Pengakuan Petrus kepada Tuhan Yesus tidak hanya sebatas nama saja akan tetapi lebih jauh pengenalan yang ia lakukan melalui karya dan tindakan Yesus.
Pengalaman iman yang mengakar akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan bertindak dalam realitas kehidupan. Realitas kehidupan di tengah-tengah perubahan jaman, sedikit banyak berpengaruh pada perilaku kehidupan orang sekarang. Perilaku dan tata nilai yang berubah, sedikit banyak berdampak negative bagi manusia, dengan situasi demikian menuntut tiap keluarga Kristen, sebagai basis terkecil dalam lingkup jemaat (pasamuwan) mempunyai pengalaman iman yang mengakar sebagai dasar atau pondasi. Sehingga tiap keluarga Kristen tidak akan terhanyut kedalam perubahan jaman. Tuhan memberkati.
0 Response to "PENGHAYATAN IMAN YANG KUAT MENGATASI KERAGUAN"
Post a Comment