Sikap Tuhan Yesus kepada orang-orang berdosa berbeda dengan sikap orang pada
umumnya. Dalam tradisi Yahudi,orang berdosa adalah orang yang tidak mendapatkan
tempat di mata masyarakat dan dianggap rendah dan hina. Bagi Tuhan Yesus, orang
berdosa adalah orang yang perlu didekati dan dihargai keberadaannya. Perbedaan sikap
ini menimbulkan sungut-sungut orang Farisi dan ahli Taurat ketika melihat Tuhan Yesus
makan bersama dengan orang berdosa. Tindakan makan bersama bagi orang Yahudi
merupakan tindakan persekutuan yang intim dengan orang-orang yang duduk di
sekitamya. Menurut orang Farisi dan ahli taurat, tindakan Tuhan Yesus makan bersama
dengan orang berdosa mengandung arti bahwa Tuhan Yesus memposisikan diriNya
sebagai bagian dari kehidupan orang berdosa. Orang-orang Farisi cenderung
menunjukkan sikap menjaga kesucian dengan cara menjauhi orang yang dianggap
berdosa dan hina, sedangkan Tuhan Yesus berkenan menjadi sahabat mereka agar
mereka mengalami kasih dan pengampunan Allah.
Untuk menjelaskan sikap Allah yang mengasihi setiap orang berdosa, Tuhan Yesus
memberikan perumpamaan tentang seorang gembala yang mau mencari seekor anak
domba dan meninggalkan 99 ekor dombanya. Perumpamaan ini menggambarkan sikap
kasih Allah yang terus menerus mencari setiap umat yang hilang dan tersesat. Makna
perumpamaan ini pada prinsipnya mau menyatakan bahwa Allah memandang semua
umatNya begitu berharga.
Melalui bacaan saat ini umat percaya dipanggil untuk mengasihi sesama yang tersingkir
dalam pergaulan akibat kelakuan mereka yang tidak baik, bukan untuk dijauhi dan
disingkiri. Manakala kita telah disentuh oleh kasih Allah, maka kita hendaknya
terdorong untuk mengasihi umat yang lemah dan berdosa.
0 Response to "Allah Memandang Berharga Semua UmatNya"
Post a Comment