Manusia dalam kehidupanya ketika menghadapi tantangan, minimal untuk bisa bertahan menghadapi tantanganaya maka dibutuhkan pertahanan yang dayanya sama besar dengan tantangan itu. Jika ingin mengalahkannya maka harus memiliki dzya atau tenaga yang lebih besar dari tantangan yang dihadapi. Permohonan para rasul kepada Tuhan Yesus agar ditambah iman mereka cukup beralasan, bila kita memperhatikan ayat 1-4 dalamperikop ini. Ada dua hal besar yang melatar belakangi permohonan itu. Yaag pertama realita bila penyesatan pasti akan selalu ada. Dengan demikian siapapun bisa menjadi penyesat atau menjadi orang yang disesatkan. Yang kedua tugas untuk memberikan pengampunan dengan tanpa batas. Menjalanihidupdengankenyataan akan selalu terjadi penyesatan dan juga mengemban mandat untuk tidak jemu mengampuni, bagi para rasul bukan perkara
mudah Sehingga dibutuhkan modal iman yang lebih. Namun apa jawab Tuhan Yesus terhadap permohonan dan pengharapan dari para rasul. Ketika para rasul ingin memiliki iman yang lebih besar supaya bisa menghadapi bahkan mengalahkan tantangan yang besar yaitu penyesatan danjuga memberikan pengampunan. Pengharapan untuk ditambah imannya supaya bisa memiliki iman yang besar, ternyata oleh Tuhan Yesus dijawab dengan mengatakan iman sebesar biji sesawi. Dari permohonan para rasul dan jawaban Tuhan Yesus ini menunjukkan,
kalau para rasul beranggapan untukmenghadapi tantangan harus dengan kuantitas iman tetapi Tuhan Yesus justru menekankan kualitas iman. Dao kualitas iman itu terlihat dari cara kerjanya. Biji sesawi adalah jenis biji-bijian yang tergolong jenis biji yang kecil, tetapi mana kala biji sesawi sudah tumbuh menjadi pohon sangat berguna bagi kehidupan yang lain, (lihat Mat I 3 :3 1 -32).
Daya kerja dari iman yang berkualitas dari kelanjutan penjelasan Tuhan Yesus memuat dua hal. yang pertama iman yang berkualitas mampu mengerjakan hal yang secara nalar manusia acap kali dipandang tidak mungkin, atau hal yang tidak terduga sama sekali, ayat 6. Yang berikutnya iman yang berkualitas akan menghantarkan seseorang pada kesadaran bila dirinya adalah pelayanan bagi Tuhan melalui kehidupan sesama, dan pelayanannya tidak pernah disertai motifasiuntuk beroleh imbalan, ayatT-10.
Tantangan jaman tidak bisa dielakkan, jaman yang selalu berubah membawa pengaruhnya sendiri. Dan pengaruh perubahan bisa membuat kita terseret dalam kesesatan di dalamnya. Kalau dulu mempercakapkan kehidupan orang lain dianggap tabu, sekarang kehidupan pribadi seseorang seakan sudahjamak untuk dibeber- beberkan, contoh infotemen. Dengan itu kita menganggap mempergunjingkan orang juga menjadi wajar.
Hari ini kita bersama merayakan Hari Pekabaran Injil Indonesia, melalui hal ini kita diajak untuk
memperhatikan sampai sejauh mana kehidupan kita berpadanan dengan Injil. Demikian juga dalam perayaan Agung perjamuan kudus sedunia satu sisi perjamuan ini memberikan pemeliharaan atas iman dan keselamatan kita, dan sisi lain kita harus mawas diri hal kualitas iman yang kita miliki. Apakah iman kita sudah menjelma menjadi pelayanan kepada sesama bagi kemuliaan Tuhan, sekalipun tantangan datang silih berganti?
0 Response to "Iman Yang Hidup Di Tengah Tantangan (Lukas 17:5-10)"
Post a Comment