Menjadi Pribadi Yang Dewasa

“Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri” (Yohanes 9 : 21b)

Masih berhubungan dengan cerita Yesus yang mengadakan mukjizat terhadap orang buta yang dicelikkan matanya. Banyak orang Farisis saat itu yang tidak percaya. Kemudian dengan bermacam-macam cara berusaha mencari tahu kejadian tersesebut. Hingga orang tua dari orang yang dicelikkan matanya juga ditanya. Tetapi orang tuanya menjawab bahwa anaknya sudah dewasa dan dapat ditanya langsung. Jawaban orang tua yang demikian karena takut terhadap orang Yahudi. Karenan sudah ada persetujuan bahwa apabila ada yang mengakui Yesus itu adalah Kristus, maka ia akan di singkirkan dari tempat ibadah.

Tapi di sisi lain apa yang dilakukan orang tua dari orang yang telah dicelikkan matanya tersebut mengajar kepada kita sebagai orang tua, supaya dapat menghargai anak-anak sebagai seseorang yang sudah dewasa. Banyak orang tua yang tidak melakukan hal itu kepada anaknya. Itu disebut orang jawa sebagai “diculke sirahe nanging dicekel buntutute”. Orang tua belum sungguh-sungguh percaya kepada anaknya. Umumnya hal ini terasa ketika anak-anak mulai membangun kehidupan rumah tangga.

Orang tua perlu percaya bahwa anaknya dapat menjadi orang dewasa. Mereka bisa mempunyai tanggungjawab tentang apa saja yang dilakukan dan juga di nyatakan melalui tutur kata maupun angan-angan. Menjadi dewasa membutuhkan sebuah proses. Pengalaman hidup baik yang berat maupun yang ringan akan menumbuhkan kekaguman di dalam hati. Ini dapat membuat orang semakin dewasa.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menjadi Pribadi Yang Dewasa"

Post a Comment