Kanon Perjanjian Lama

Faktor-faktor Penentu Kebutuhan Pengkanonan Perjanjian Lama

Sistem pengorbanan Yahudi berakhir dengan penghancuran Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 70 M. Walaupun kanon Perjanjian Lama terpatri dalam benak orang-orang Yahudi jauh sebelum tahun 70 M., dirasakan adanya kebutuhan akan sesuatu yang lebih pasti. Orang-orang Yahudi tercerai-berai dan mereka perlu memastikan buku mana sajakah yang sebenarnya Firman Allah yang berkuasa. Hal ini disebabkan oleh beredarnya demikian banyak tulisan tambahan terhadap kitab suci serta desentralisasi yang terjadi. Orang-orang Yahudi menjadi suatu bangsa yang berpegang pada sebuah Kitab dan Buku itulah yang mempersatukan mereka.

Kekristenan mulai berkembang dan banyak tulisan orang Kristen mulai beredar. Orang-orang Yahudi perlu menyatakannya dengan tegas serta membuangnya dari antara tulisan-tulisan mereka dan dari pemakaian di sunagoge. Seseorang perlu demikian berhati-hati sehingga ia harus memisahkan kanon Kitab Suci Ibrani dari antara kumpulan literatur agamawi.

Kanon Ibrani
Berikut ini adalah susunan Perjanjian Lama berdasarkan pengkanonan Yahudi (diambil dari catatan ketika saya di seminari, namun dapat ditemukan dalam banyak buku seperti terbitan moderen Perjanjian Lama Yahudi. Periksalah juga The Holy Scriptures, berdasarkan Teks Massoretis dan Biblia Hebraica, Rudolph Kittel, Paul Kahle [penyunting]).
Hukum – (Torah)
1. Kejadian
2. Keluaran
3. Imamat
4. Bilangan
5. Ulangan
Sastera – (Ketuvim [Ibr.] atau Hagiografa [Yunani])
Kitab Puisi
1. Mazmur
2. Amsal
3. Ayub
Para Nabi (Neviim)
Nabi-nabi Terdahulu
1. Yosua
2. Hakim-hakim
3. Samuel
4. Raja-raja
Lima Gulungan Kitab (Megilloth)
1. Kidung Agung
2. Rut
3. Ratapan
4. Ester
5. Pengkhotbah
Nabi-nabi Kemudian
1. Yesaya
2. Yeremia
3. Yehezkiel
4. Dua Belas Nabi
Kitab-kitab Sejarah
1. Daniel
2. Ezra-Nehemia
3. Tawarikh

Walaupun gereja Kristen memiliki kanon Perjanjian Lama yang sama, jumlah kitab yang ada di dalamnya berbeda karena kita membagi Samuel, Raja-raja, Tawarikh, dsb. masing-masing ke dalam dua buah kitab; orang-orang Yahudi juga memandang Nabi-nabi Kecil itu hanya sebagai sebuah kitab.

Urutan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama pun berbeda. Perjanjian Lama yang dipakai oleh gereja Protestan disusun berdasarkan topik, bukan urutan resminya.
Kesaksian Kristus Tentang Perjanjian Lama

Lukas 24:44. Di ruang atas Yesus memberitahu murid-murid-Nya “bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Dengan kata-kata-Nya itu “Ia menunjukkan ketiga bagian yang dipakai untuk mengelompokkan Kitab Suci Ibrani – Taurat, kitab Para Nabi, dan kitab ‘Sastera’ (pada bagian ini yang disebut adalah kitab Mazmur mungkin karena kitab Mazmur adalah kitab pertama dan yang terpanjang dalam bagian ketiga ini).”

Yohanes 10:31-36; Lukas 24:44. Yesus tidak sependapat dengan tradisi lisan orang-orang Farisi (Markus 7; Matius 15), bukan tidak menyetujui konsep mereka tentang kanon Ibrani. “Tidak ditemukan bukti tentang adanya perdebatan di antara Dia dengan orang-orang Yahudi dalam hubungan dengan pengkanonan kitab Perjanjian Lama yang manapun.”

Lukas 11:51 (juga Matius 25:35): “mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia . . .” Pada bagian ini Yesus menegaskan kesaksian-Nya sampai pada batas kanon Perjanjian Lama. Habel, sebagaimana yang diketahui setiap orang, adalah orang pertama yang mati syahid (Kejadian 4:8). Zakharia adalah orang terakhir yang disebutkan sebagai syuhada (dalam susunan Perjanjian Lama Ibrani. Perhatikan daftar di atas – butir 2.), sesudah dirajam dengan batu sementara bernubuat di hadapan orang banyak “di pelataran rumah TUHAN” (II Tawarikh 24:21). Kejadian adalah kitab pertama dalam kanon Ibrani dan Tawarikh adalah buku terakhir. Yesus pada dasarnya berkata “dari Kejadian sampai dengan Tawarikh,” atau, berdasarkan susunan Alkitab kita, “dari Kejadian sampai dengan Maleakhi.”

Kesaksian Tambahan Penulis Alkitab

Catatan tertua tentang pembagian Perjanjian Lama ke dalam tiga kelompok ini ditemukan dalam pengantar kitab Pengkhotbah (130 S.M.). Pengantar yang ditulis oleh cucu sang penulis itu berbunyi sebagai berikut: “Taurat, dan Para Nabidan kitab-kitab lain leluhur kita.” Dalam pengantar itu ditemukan tiga pengelompokan Kitab Suci secara pasti.

Josephus, sejarawan Yahudi, (akhir abad pertama Masehi) menulis: “. . . dan betapa kokoh penghargaan yang telah kita berikan kepada kitab-kitab milik bangsa kita sendiri itu terbukti dari apa yang kita lakukan; karena selama berabad-abad yang telah berlalu, tidak ada seorangpun yang demikian berani untuk menambahkan sesuatu kepada kitab-kitab tersebut atau mengurangi sesuatu daripadanya, atau mengadakan perubahan atasnya; namun wajar bagi semua orang Yahudi, dengan segera dan sejak hari kelahiran mereka, memandang kitab-kitab tersebut sebagai kitab yang berisi ajaran ilahi, dan bertekun untuk melaksanakannya, dan, kalau keadaan menghendaki, bersedia untuk mati demi kitab-kitab itu. Karena tidak menjadi hal baru bagi orang-orang kami yang menjadi tawanan, mereka berjumlah besar, dan sering kali pada akhirnya, terlihat sebagai orang-orang yang berusaha bertahan untuk menanggung segala jenis siksaan dan kematian di arena, bahwa mereka sendiri tidak diizinkan untuk terpaksa mengucapkan sebuah kata yang bertentangan dengan hukum kami, serta catatan-catatan yang memuatnya. . . .”

Talmud
Tosefta Yadaim 3:5 berbunyi: “Injil dan kitab-kitab yang dimiliki para bidat tidak membuat tangan kotor; kitab-kitab Ben Sira dan kitab-kitab apapun yang telah ditulis sejak masa hidupnya tidak merupakan kitab yang layak dikanonkan.”

Seder Olam Rabba 30 berbunyi: “Sampai saat ini [masa Iskandar Agung] para nabi bernubuat melalui Roh Kudus; dari sejak sekarang dan seterusnya, sendengkanlah telingamu dan dengarkanlah kata-kata orang bijak.”

Talmud Babilonia, Traktat “Sanhedrin” VII-VIII, 24: “Sesudah zaman nabi-nabi yang terakhir seperti Hagai, Zakharia, dan Maleakhi, Roh Kudus meninggalkan Israel.”

Melito, Bisop di Sardis, menyusun daftar tertua kanon Perjanjian Lama yang dapat kita ketahui tahun penulisannya (170 M.)

Eusebius ( Ecclesiastical History IV.26) menyimpan komentar-komentar yang pernah diberikannya.

Melito mengatakan bahwa ia telah memperoleh daftar yang dapat dipercaya itu ketika ia sedang ada dalam perjalanan di Suriah. Komentar-komentar Melito dituliskan dalam suratnya kepada Anesimius, seorang temannya: “Nama-nama kitab itu adalah sebagai berikut . . .
Lima Kitab Musa: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan. Yesus Naue, Hakim-hakim, Ruth. Empat buah kitab Kerajaan, dua kitab Tawarikh, Mazmur Daud, Amsal Salomo (juga disebut kitab Hikmat), Pengkhotbah, Kidung Agung, Ayub. Tentang kitab Para Nabi: Yesaya, Yeremia, Dua Belas Nabi dalam sebuah kitab, Daniel, Yehezkiel, Ezra.”

F. F. Bruce memberikan komentarnya: “Nampaknya Melito menyatukan Ratapan dengan Yeremia, dan Nehemia dengan Ezra (walaupun tentu menimbulkan pertanyaan apabila kita temukan bahwa ia menghitung Ezra di antara para nabi). Dalam hal itu, daftarnya memuat semua kitab yang ada di dalam kanon Ibrani (yang disusun menurut susunan Septuaginta), dengan perkecualian kitab Ester. Ester mungkin tidak dimasukkan di dalam daftar yang diterimanya dari orang-orang yang menjadi sumber informasi di Suriah.”

Pembagian ke dalam tiga kumpulan teks Yahudi yang ada saat ini (dengan 11 kitab dalam kitab Sastera) berasal dari Mishnah (traktat Baba Bathra, abad ke-5 M.)

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Kanon Perjanjian Lama"

  1. Bagus (y)

    Kunjungi dan follow yaa di www.faktakita.com
    Thanks ^^

    ReplyDelete