Seandainya Yesus jadi Aku


Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus
(Fil 2:5)
Setelah hidup bertahun-tahun sebagai seorang Kristen, muncullah kembali dalam benak ini pertanyaan, “Apa itu Kristen?” Apakah Kristen hanya sekedar agama seperti yang dipahami kebanyakan orang? Ataukah sebuah sebutan bagi mereka yang menganut agama Kristen? Tentu kita akan segera menjawab bahwa Kristen adalah Pengikut Yesus Kristus.
            Pengikut Yesus Kristus? Yang seperti apa? Mengikuti Yesus Kristus pasti bukan dimaksudkan supaya setiap Kristen berpenampilan ala Timur Tengah, sama seperti Yesus Kristus yang lahir, dibesarkan dan mati di Palestina. Tentu juga bukan maksudnya supaya kita semua orang Kristen hidup sebagai tukang kayu seperti ketika Dia membantu ayahNya, Yusuf, dan kemudian menjadi penerus usaha itu. Bukan juga mengharuskan setiap Kristen menjadi guru, sama seperti yang dilakukan Yesus Kristus setiap kali melakukan perjalanan, walaupun setiap orang perlu bisa mengajar sesuai keberadaannya. Setiap Kristen tentu memahami bahwa menjadi pengikut Yesus Kristus adalah meneladani cara hidupNya.
            Bagaimana sebenarnya meneladani Yesus Kristus? Meneladani Kristus tentu bukan dari sisi fisik tetapi dalam sikap hidupNya. Menjadikan ajaranNya sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ajaran yang paling banyak dikenal Kristen adalah hidup dalam kasih. Pertanyaanya sekarang, sudahkah kita hidup dalam kasih? Bila kita belum hidup dalam kasih tentu kita tidak dapat dikatakan sebagai pengikut Yesus Kristus. Artinya kita tidak pantas menyandang predikat sebagai Kristen. Kasih mudah diucapkan, tetapi tidak mudah bahkan sangat sulit untuk dipraktekkan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Dan dengan pemahaman seperti ini, tidak ada seorangpun yang layak untuk disebut Kristen, karena tidak ada seorang pun mampu meneladani Yesus Kristus dalam hal mengasihi.
          Meneladani Kristus yang bagaimana lagi? Tulisan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, ketika berbicara mengenai kebersamaan jemaat, ia menyampaikan demikian, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Ya! Berpikir dan berperasaan seperti yang Yesus Kristus pikirkan dan rasakan, itulah pokok pikiran Kristen sejati! Berpikiran dan berperasaan seperti Yesus Kristus adalah sama dengan mereflesikan sikap hidup Kristus dalam diri kita. Karenanya dalam setiap kesempatan kita dapat bertanya dalam diri kita sendiri, “Seandainya Yesus jadi saya, apa yang akan Dia putuskan (atau rasakan atau pikirkan dan lakukan)?” Begitulah kita akan menekuni setiap langkah kita sebagai Kristen.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Seandainya Yesus jadi Aku"

Post a Comment