Latar Belakang Surat Yakobus

Surat Yakobus adalah surat pertama dari sejumlah surat yang ditujukan secara umum kepada orang Kristen (Yakobus 1:1), bukan kepada suatu jemaat tertentu, atau parahnya bukan kepada semua orang (termasuk orang non-Kristen) yang sering disalahtafsirkan oleh gereja-gereja Katolik Roma atau banyak gereja-gereja Protestan mainline (yang sudah mulai liberal) yang menjunjung tinggi social gospel! Surat ini berisi petunjuk yang sangat praktis mengenai kehidupan Kristiani. Kebebasan Kristiani dapat berbahaya bagi mereka yang tadinya dibelenggu oleh berbagai aturan yang keras tentang perilaku. Jika keselamatan adalah hadiah cuma-cuma dari Allah, untuk apa mempersoalkan bagaimana kita menjalani hidup ini ? Dalam benak Yakobus tidak ada keraguan sama sekali bahwa persoalan ini sungguh sangat penting. Dari perilaku seseorang dapat dilihat apakah benar ia mempunyai iman yang sungguh. Iman yang murni dalam Kristus selalu meluap dan tampak dalam seluruh kehidupan kita. Iman itu akan mempengaruhi sikap dasar kita terhadap diri kita sendiri, terhadap orang lain dan terhadap kehidupan ini pada umumnya. Tidak boleh tidak ada ketidakcocokan antara iman dan perbuatan. Yakobus mengingatkan kita tentang perlunya ukuran-ukuran dan nilai-nilai Kristiani yang murni dalam segala segi kehidupan. Orang Kristen mula-mula membutuhkan Surat Yakobus, demikian pula kita sekarang ini. (Sumber : Handbook to the Bible terbitan Yayasan Kalam Hidup, Bandung).

Buku ini menyatakan bahwa orang yang paling mungkin menjadi penulis surat ini adalah Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Saya setuju sebab sebelum Tuhan Yesus bangkit, Yakobus sama sekali bukan seorang yang percaya dengan kesukaan (Yohanes 7:3-5). Ia menjadi Kristen setelah melihat Tuhan Yesus bangkit (1 Korintus 15:7), kemudian ia menjadi seorang pemimpin jemaat di Yerusalem (Kisah Para Rasul 12:7 ; 15:13 ; 21:18 ; Galatia 1:19), meskipun ia bukan murid (Kisah Para Rasul 10:41). Surat ini memang ditulis pada awal keKristenan, tetapi tanggalnya yang pasti tidak diketahui. Ada orang yang menyebutkan bahwa surat ini ditulis pada tahun 50. Pendapat ini ini dibenarkan oleh karena :
· Kejatuhan Yerusalem tahun 70 tidak dikemukakan.
· Keadaan sosial (tuan-tuan tanah) tidak terdapat sesudah Yerusalem jatuh.
· Perselisihan Yahudi dengan non-Yahudi tidak disebut.
· Luapan pengharapan tentang kedatangan kembali Tuhan Yesus belum berkembang.
· Tidak perlu adanya dugaan bahwa Yakobus membaca kitab-kitab Injil atau surat-surat Paulus dan tata gereja dalam bentuknya semula.

Pendapat yang mengatakan waktu surat ini adalah pada akhir abad pertama atau abad kedua mungkin dipengaruhi oleh pandangan tentang penulis.

Saya berpendapat bahwa Surat ini dikirimkan kepada orang Kristen, termasuk orang Kristen Yahudi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan, “kepada keduabelas suku di perantauan” yang terdapat pada Yakobus 1:1. Menurut Handbook to the Bible, ungkapan ini untuk orang-orang Yahudi yang berada di luar Tanah Perjanjian, dan di sini melambangkan segenap umat Allah. Yakobus 1:1 : lazimnya surat dimulai dengan menyebut nama pengirim, penerima, dan disertai salam (bandingkan Kis. 15:23-29 ; 23:26-30), Yakobus tidak panjang lebar mengutarakan permulaan suratnya, seperti kadang-kadang dilakukan oleh Paulus (bandingkan Roma 1:1-7), tapi ia menyatakan dirinya Kristen. Yakobus berhak bersuara terhadap orang Kristen, yang kepadanya ia merasa bertanggungjawab selaku gembala. Demikian pula berbicara sebagai Yahudi terhadap Yahudi.

Hamba asal usulnya berarti budak belian (Yunani : doulos). Kata ini mengandung arti : tidak mempunyai hak, mutlak bergantung kepada tuannya, ketaatan yang mutlak. Istilah ini menyatakan dengan tepat bagaimana seharusnya hubungan orang Kristen terhadap Allah, meskipun sikap seperti budak belian belaka tidak tercakup (bandingkan Yohanes 15:14 dab). Dalam agama Yahudi istilah hamba Allah lazim dipakai oleh orang yang melayani Allah dengan tugas khusus. Dalam hal ini Yakobus menempatkan diri antara nenek moyang Israel dan nabi-nabi. Bila seorang Yahudi sedang berdoa, maka di hadapan Allah ia menyapa dirinya dengan kata hamba. Sebab itu kata ini adalah istilah agamawi. Yakobus menggabungkan kedudukannya selaku pemimpin dan kesalehannya.

Kedua belas suku... rupanya ditujukan untuk orang Yahudi yang terserak di seluruh dunia. Istilah ini dipakai untuk bangsa yang hidup pada waktu itu dalam Kis. 26:7, meskipun tidak sesuai dengan zamannya. Namun menurut pendapat saya isi Surat Yakobus sama sekali tidak terbatas pada orang Yahudi. Persekutuan Kristen ialah bangsa Israel baru yang menjadi milik Allah, dan sebab itu istilah “kedua belas suku” yang menyatakan bangsa Israel lama dapat pula dipakai untuk mereka. Bandingkan Kis. 15:16. Dalam hal ini menurut saya bahwa orang Kristen hidup “terserak” jauh dari kampung halamannya, tidak lain selaku pengunjung yang tidak menetap (bandingkan 1 Petrus 1:1 ; 2:11). Mungkin Yakobus melihat gambaran dalam Kis. 8:4 ; 11:19. Sebab itu cocok benar dalam jalan pikiran yang diutarakan oleh Yakobus sehingga ia tidak menyatakan dirinya sebagai saudara Tuhan Yesus melainkan hamba-Nya, yang melayani “keseluruhan bangsa Israel”), yaitu kedua belas suku dari gereja yang percaya (bandingkan 1 Petrus 2:9). Dalam buku ini ada pembagian kitab Yakobus yaitu:

· Peringatan-peringatan umum (1:2-12)
· Pencobaan-pencobaan (1:12-18)
· Pendengar atau pelaku (1:19-27)
· Jangan memandang muka (2:1-13)
· Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya mati (2:14-26)
· Dosa-dosa Lidah (3:1-12)
· Hikmat yang dari atas (3:13-18)
· Hawa nafsu (4:1-6)
· Rendahkanlah dirimu (4:7-10)
· Fitnah (4:11-12)
· “Insya Allah” (4:13-17)
· Peringatan kepada orang kaya (5:1-6)
· Ketekunan (5:7-11)
· Jangan bersumpah (5:12)
· Berdoalah (5:13-18)
· Pertobatan (5:19-20)

Dengan pembagian sesuai dengan buku ini, saya akan menanggapi setiap tafsiran yang di buat sesuai dengan bagan-bagan yang telah buku ini siapkan.

1. Peringatan-peringatan umum (1:2-12)
Buku ini menafsirkan hal tersebut adalah suatu peringatan-peringatan yang ingin disampaikan oleh Yakobus. Saya setuju dengan pendapat buku ini yang menyatakan pada ayat yang ke 2 dan 3 yang menyatakan bahwa Mungkin kondisi pada saat itu, orang-orang percaya mengalami suatu tindakan yang sangat menekan mereka. Mungkin pada saat kejadian itu mereka dihambat, dianiaya, kurang diterima oleh masyarakat sekitar mereka, difitnah, diejek, mungkin juga ditimpa kemiskinan karena pada pasal 5:1-6 mungkin yang dapat menjadi patokan yang sedang dialami oleh orang percaya saat itu. Menurut saya bahwa keadaan sulit selalu akan mengakibatkan perasaan sedih, dukacita, oleh sebab itu Yakobus mengatakan, bersukacitalah. Oleh sebab itu, nats ini menyatakan tentang betapa pedihnya keadaan tersebut dan keadaan pahit tersebut adalah bagian dari pemurnian iman. Hasilnya dengan ketekunan akan menghasilkan iman yang kuat. Dan saya berpendapat berbeda dengan buku ini yang menyatakan bahwa manusia dapat menjadi sempurna tanpa kekurangan apapun, pada ayat 4. Saya berpendapat bahwa teks ini mungkin menunjukan pada hasil perbuatannya bukan kepada simanusianya. Sebab sempurna ialah hal perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Jadi Yakobus sebenarnya ingin dari penderitaan itu akan menghasilkan ketekunan yang didasari dengan iman yang kuat serta melakukan perbuatan yang memuliakan Allah sehingga perbuatan sempurna sesuai dengan Filipi 3:12-15. Dalam hal minta hikmat saya berpendapat berbeda pemahaman mungkin yang dimaksudkan Yakobus adalah meminta sesuatu kemampuan dalam memahami liku-liku kehidupan yang dialami orang percaya sedang alami. Sebab mungkin jika salah pemikiran akan memberikan dampak yang salah, oleh sebab itu tanpa hikmat dari Tuhan, orang tersebut tidak akan kuat menjalani kehidupan tersebut. Sebab pada ayat 6-8 menyatakan untuk jangan bimbang dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapi ketika meminta hikmat, sebab pada ayat ke 8 menyatakan bahwa orang yang mendua hatinya tidak akan tenang.

2. Pencobaan-pencobaan (1:12-18)
Saya setuju dengan penulis dalam buku ini dalam menafsirkan ayat ini sebab dikatakan bahwa Yakobus mengambil pencobaan sebagai pokok pembicaraannya. Kata Berbahagialah adalah suatu ucapan yang biasa (Maz.32:1-2). Yesus sendiri menggunakan istilah ini seandainya jika Yesus ingin menunjukan sesuatu yang bertentangan dengan pandangan umum. Disini sebenarnya Yakobus menekankan bahwa pencobaan-pencobaan itu datangnya dari luar sehingga itu adalah kesempatan untuk memurnikan iman kita. Tuhan tidak pernah mencobai, namun menguji kita apakah kita memiliki iman yang kuat dan murni atau hanya masih kanak-kanak rohani saja.

3. Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya mati
Apa yang dimaksudkan Yakobus mungkin bertentangan dengan pandangan Paulus dalam kitab Roma yang menekankan iman, sedangkan Yakobus menekankan perbuatan, menurut buku ini tidak ada gunanya iman tanpa perbuatan, namun makna sebenarnya kedua kitab tersebut saling melengkapi dan bukan bertentangan. Ayat 14, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan ? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia ?” Terjemahan bebas, “Percuma saja ada orang Kristen yang berkata bahwa ia memiliki iman yang menyelamatkan, tetapi tidak memiliki perbuatan-perbuatan yang membuktikan iman itu, karena iman semacam itu tidak dapat menyelamatkannya.” Menurut pendapat saya sebenarnya Yakobus membuka perikop ini dengan langsung mengajar dua hal antara iman dan perbuatan-perbuatan atau pekerjaan-pekerjaan (New American Standard Bible/NASB) Iman tidak bisa menyelamatkan jika tanpa disertai perbuatan, tetapi tidak berarti keselamatan karena perbuatan. Untuk menegaskan hal ini, Yakobus menggunakan bentuk pertanyaan retoris yang menghendaki jawaban “tidak”. Pernyataan, “Dapatkah iman itu menyelamatkan dia ?” harus dikaitkan dengan pernyataan sebelumnya (Yakobus 2:1-13) dan konteks penulisan Surat Yakobus yaitu kepada orang-orang yang sudah Kristen (bukan orang-orang secara umum).

4. Pasal 4 ayat 7-10 menyerukan supaya para pembaca bertobat dimana ayat 11-12 memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih konkret dan selain itu yang ingin ditekankan disini adalah pokok dari kata fitnah. Penulis buku ini menyatakan bahwa ayat ini mempergunjingkan orang lain atau menghakiminya bersalah terhadap hukum Taurat. Bahkan ketidaktaan mereka hukum sebagai sesuatu yang tidak ada harganya. Menurut saya dalam perikop ini adalah penekanan Yakobus terhadap orang yang dilayaninya yang mungkin memiliki hidup saling menuduh, mengahikimi dan melakukan kecemburuan yang menekankan pada fitnah. Saya setuju dengan pernytaan buku ini yang menytakan bahwa yang seharusnya menhakimi adalah Yesus, Allah sendiri bukan hak kita untuk menghakimi sesamanya. Ayat 13-17 menyatakan tentang jangan melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan. Saya kurang setuju dengan pernyataan dalam buku tafsir ini yang menyatakan bahwa kalinat atau perikop ini hanya menekankan “Insya Allah” atau dengan kata lain muda-mudahan. Saya berpendapat dalam konteks ini Yakobus ingin orang-orang percaya senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya. Sebab jika kita baca dalam ayat demi ayat akan selalu menekankan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan manusia tanpa campur tangan Allah adalah sia-sia dan tidak ada harapan. Disini tidak menekankan muda-mudahan atau janji yang akan terjadi, namun lebih kepada apa yang harus kita lakukan jika tidak bersama dengan Tuhan.

5. Pada pasal 5:1-6 menekankan tentang peringatan terhadap orang kaya, saya setuju dengan pernyataan tersebut yang menafsirkan bahwa orang kaya yang hidup dalam kenyamanan dalam teks ini akan mengalami suatu kesukaran jika hidup dalam kesombongan yang terus dilakukan seperti dalam ayat 6 yang lebih spesifik lagi menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Bagian ini ditunjukan Yakobus untuk orang yang hidup dalam kemewahan serta dilakukan dalam kesombongan, saya sangat setuju dengan tafsiran tersebut sebab hal itu ada kalimat sebab akibat yang menyatakan mengapa orang kaya itu mengalami suatu penderitaan.dalam hal ini mungkin saya menambahkan dari hasil pengamatan saya dalam konteks ini , buku ini menunjuk kepada hal kesombongan dan itu memang saya sangat setuju namun bukan lebih menekankan kepada kesombongan saja, tetapi kepada kelobaan yang bersifat tidak jujur dalam memegang kendali uang.

6. Dalam Pasal 5:12-20, barang kali ayat 12 ini bermaksud mendekati arti sumpah kepada kebiasan orang tersebut dimana sering dilakukan tanpa sengaja. Saya setuju sebab sumpah dalam ayat ini mungkin menekankan kebiasaan yang dilakuakn tanpa disadari oleh pengucap itu sendiri. Dalam Matius 23:16-22 Sumpah juga sering disalah gunakan untuk kepentingan manusia. Tetapi sebenarnya inilah hakikat dari sumpah bahwa menggunakan nama Tuhan akan memperkuat pernyataannya. Namun saya menambahkan peaandapat saya tersebut dengan pernyataan hukum Taurat yang menyatakan bahwa Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan. Jadi Yakobus ingin sekali menekankan bahwa bwesumpah demi nama Tuhan itu slah. Dan ayat selanjutnya Yakobus ingin mengatakan apa yang seharusnya dilakukan oleh sipengucap tersebut, jika ya katakana ya, jika tidak katakana tidak, ini menunjukan kejujuran dalam sikap menjawab, bukan harus bersumpah.

7. Jika seorang sakit baiklah ia berdoa kalau ada pemujinya juga menyanyikan pujian, dan memanggil penatua dan mengolesi minyak. Menurut tafsiran buku ini adalah bahwa penatua disini menunjuk kepada suatu jabatan yang dapat menyembuhkan karena penatua tersebut memiliki kerohanian yang matang. Namun menurut pendapat saya mungkin kurang setuju, menurut pendapat saya mugkin yang dimaksudkan oleh Yakobus bukan tetang jabatannya sebagai penatua, namun kepada hal karunia-karunia yang dimiliki seperti yang pernah disinggung oleh Rasul paulus. Saya menyakini bahwa yang dimaksud yakobus adalah jika ada karunia menyembuhkan sebdaknya sembuhkanlah, jika ada karunia mendoakan untuk berdoa dan jika ada karunia memuji, nyanyikan pujian. Jadi menurut saya ini lebih menekankan kepada pembagian karuni-karunia, dan soal minyak yang singgung, Saya sangat setuju dengan pernyatan buku ini yang menyatakan bahwa minyak disini adalah suatu tradisi yang sering dilakuakn dalam melakukan kesehatan atau hal yang lainnya, mungkin jemaat disini melakukan kebisaan mengoleskan minyak untuk pengobatan. Dan dalam hal berdoa sepakat dalam nama Tuhan, menunjukan kematangan rohani setiap orang-orang yang memiliki karunia-karunia dalam hal tersebut da bila yakin dan ada kesatuan maka akan terjadi mujizat kesembuhan. Dan dalam hal ini juga Yakobus ingin menekankan kepada pertbatan yang seharusnya dilakukan.





Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Latar Belakang Surat Yakobus"

  1. Syalom. Sedikit berbagi saja. Menurut saya, justru Yakobus yang banyak mengutip dari Kitab maupun surat lain. Ingat, sumber tertua Injil adalah Markus. Lalu Injil lainnya muncul dengan mengutip pula sebagian dari pada Injil Markus. Terlebih lagi surat-surat.
    Alasan tidak dituliskannya poin² yang sudah dicantumkan tadi, kemungkinan dikarenakan: fokus utama pemberitaan Yakobus bukan hal tersebut. Tetapi mungkin lebih kepada asas² pengajaran Kristiani kepada orang² Kristen Yahudi.
    Demikian.

    ReplyDelete